Kenapa PKS jadi sasaran? Karena PKS punya sistem organisasi mirip dengan PKI; secrecy, compartmentally, sacred fact. Hanya
ada 4 jenis organisasi di Indonesia yang punya karakter tersebut; TNI-Polri,
BIN, PKI, dan PKS. Memangnya salah apa jika punya sistem organisasi seperti itu? Salah
besar, karena dengan sistem
tersebut menjadi JAMINAN melakukan
penguasaan negara, cepat atau lambat. Lihatlah Arab Spring yang
menguasai jazirah Arab saat ini, juga PKI yang pernah berkuasa dan menang
mutlak tahun 60-an, komunis China yang tengah menggeser USA jadi penguasa
dunia, semua ditopang sistem tersebut. Jadi sebelum ramalan itu jadi kenyataan,
jalankan program bumi hangus rahasia atau clandestine!
Ahmad Fathanah
Kembali ke AF lagi, titik terang track record-nya
belakangan terkuak satu per satu. Di Makassar AF terkenal sebagai pengusaha
“hitam”. AF pernah tertangkap staff
federal Australia di Bangkok Thailand tahun 1999 saat hendak melakukan human
trafficking ke Australia. Hukuman seharusnya 20 tahun, namun tahun 2004 sudah dilepas
dari penjara Barrimah Darwin. Diduga
5 tahun tersebut kompromi 'otoritas' intelijen RI dan Australia. Tidak mungkin
seorang narapidana international bisa dilepas agent federal jika tanpa
'jual-beli' dan 'bukan sesama kawan'.
Dengan model penahanan AF, bisa dipastikan model rekrutmennya adalah
motif Compromise.
Perlu diketahui, model rekrutment seorang agent biasanya
dengan 6 jenis :
· Money, seorang agent direkrut karena
ketertarikan dengan uang dan fasilitas.
· Ideology, seorang agent dapat
direkrut karena memiliki kesamaan ideology, misal karena ingin membela negara,
berbakti pada Presiden, dan sejenisnya.
· Compromise, agent direkrut
karena kelemahan/kesalahannya dimiliki pihak lain, sehingga jika ingin urusan
lancar maka harus berkompromi. AF direkrut dengan motif ini, karena ada kartu
As yang dipegang pihak federal. Mungkinkah ada jaringan dari pihak intelijen Indonesia
yang berkolaborasi dengan pihak federal Australia? Secara logika, bagaimana
mungkin agent federal Australia mau melepas AF jika tidak ada “pihak
penanggung” di Indonesia? Siapa “pihak penanggung” tersebut?
· Ego,
ini para agent yang direkrut karena factor ego. Misal kasusnya Letkol
Sudaryanto yang tertangkap tangan menjadi pemasok data-data negara ke pihak
Rusia.
· Revenge,
motif agent yang ingin balas dendam. Misal para veteran tentara Irak bekas
perang Irak-Iran yang direkrut Amerika untuk memata-matai fasilitas nuklir
Iran.
· Coercion,
perekrutan agent dengan model pemaksaan. Misal para tawanan perang, hanya ditawari dua pilihan dipenjara
atau jadi agent.
Mengamati cara kerja operator AF yang langsung menempel
ke jantung pertahanan lawan, Presiden Partai, bisa dipastikan dia tidak bekerja
sendirian. Pasti ada support team yang bekerja di belakangnya. Setidaknya ada
agent logistic yang membantu pendanaan, seorang Intelligence Officer (IO)
sebagai pengendali/User, serta seorang Analyst yang support pada strategi
makro.
Rabu tengah malam (29 Januari 2013) setelah LHI ‘dijemput’, saya langsung menelpon
seorang penyidik KPK, konfirmasi salah/tidak adegan sinetron yang sedang saya
tonton? Diujung telepon terkonfirmasi bahwa itu benar dan nanti bukti-bukti
akan dibuka satu per satu di pengadilan. Saya langsung teringat proses kasus
Antasari Azhar karena sangat mirip pola ‘battle game’ yang dimainkan. Selalu
ada peran sebagai logistic man yaitu SHW, seorang IO yaitu WW, dan seorang
Analyst sebagai otaknya yang sampai saat ini belum ditemukan. Beruntung di
kasus LHI masih ada ‘Ten Million Girl’ si Maharani yang sedikit menghambat
pergerakan AF, membuat loyo sang agent lebih dahulu, sehingga belum kesampaian
menyerahkan uang. Bayangkan jika tidak ada Maharani, maka skenario operasi akan
tersambung sangat rapi.
Asumsi awal saya AF ‘baru operasi’ ke LHI, tapi ternyata
sejak tahun 2004 sudah pernah langsung operasi pedekate. Namun operasi itu
gagal dan LHI lolos dari jerat hukum kasus penipuan yang dilakukan AF di PT.
AJS di tahun 2005. Jika demikian maka sebenarnya skenario operasi seri A, B, C,
D, bahkan E telah disiapkan. Sangat mungkin secara logika, skenario operasi
lainnya tidak hanya terjadi pada LHI, namun hingga belasan nama yang setidaknya
sampai saat ini pernah dibahas Majalah Tempo di eksekutif dan legislatif.
Operasi Rahasia/ Clandestine
Mengapa saya menilai sedang ada operasi Clandestine di
PKS? Bukan sekedar infiltrasi biasa atau desepsi pembusukan saja? Mari sejenak
menengok salah satu budaya organisasi PKS.
Sebagai organisasi yang modern, PKS lahir dari para
intelektual kampus dengan tingkat intelijensi dan pemahaman medan yang mumpuni.
Basis ideology dan pengetahuan yang luas membuat system organisasi tertata
rapi. Dengan system kaderisasi kompartemensi sangat susah untuk menerobos
psikologi massa PKS dengan hanya melempar propaganda sebagaimana operasi di
organisasi lain. Operasi Infiltrasi tetap bisa dilakukan, namun akan memakan
waktu sangat panjang dan melelahkan karena harus melewati pentahapan system
yang berjenjang rapi. Padahal intelijen harus berburu waktu dengan Pemilu 2014.
Bicara tentang infiltrasi, saya jadi teringat seorang
dosen dari lembaga pencetak agent yang pernah dicalonkan PKS sebagai anggota
legislatif dari dapil Sumatra, untung gagal suara. Dahulu yang bersangkutan
setelah turun jabatan dari Ketua BEM UI pernah membuat ramai dunia persilatan
kampus . Sang dosen ini sangat dekat dengan mantan Kapolda Metro Jaya
berinisial NJ. Secara logika, mungkinkah guru kungfu bukan seorang pendekar
kungfu? Mungkinkah dosen agent bukan agent handal? Dengan prinsip agent adalah single
user, siapakah User sebenarnya? Mari kita bertanya pada sang dosen yang
bergoyang.
Operasi Desepsi yaitu pembusukan dari dalam juga pernah
dilancarkan dengan maraknya gerakan Forum Kader Peduli beberapa waktu lalu,
namun imunitas organisasi masih bisa meredamnya. Satu-satunya cara paling
memungkinkan yaitu operasi rahasia/clandestine yang bertujuan untuk
membumi-hanguskan organisasi. Dengan ketiadaan tokoh sentral di PKS, maka
sasaran tembak harus diarahkan pada banyak titik hingga bisa lumpuh.
Dalam hal ini titik kelemahan PKS ada dimana? Ada
beberapa profile psikologis kader yang dimanfaatkan dengan baik oleh para
Analyst intelijen. Sebelum melakukan operasi apapun, intelijen melakukan banyak
analisa menyeluruh untuk mengetahui kelemahan lawan; analisa medan, analisa
psikologis, analisa statistic, dan sebagainya.
Factor husnudzonitas/keberbaiksangkaan individu PKS
sangat tinggi. Di satu sisi ini menjadi kekuatan, namun di sisi lain menjadi
kelemahan. Dalam kasus LHI, husnudzon yang tinggi pada sosok AF membuat
kewaspadaan menjadi turun. Termasuk pengusaha yang baru dicekal KPK yaitu AZ,
yang bersangkutan pernah mengaji langsung pada LHI.
Banyak pihak memberi masukan tentang pengusaha AZ ini,
namun husnudzonitas LHI lebih tinggi untuk menerimanya sebagai ‘murid yang
bertaubat’. Tidak menutup kemungkinan tokoh-tokoh PKS yang lain tanpa sadar
tertempel ‘benalu-benalu’ lainnya.
Factor kedua adalah adanya kader yang silau harta. Saya
tidak menutup mata banyak kader yang tingkat ekonominya ketika di kampus sangat
kesusahan. Namun ketika masuk dalam lingkaran eksekutif atau legislative
tiba-tiba melejit 1800. Profile psikologis beberapa kader yang tamak dan tidak
sabar dalam urusan duniawi ini ditangkap dengan sangat baik oleh para intelijen
analyst. Walau hanya beberapa orang, namun sudah cukup sebagai sasaran tembak
yang empuk.
Kombinasi faktor benih operasi para intelijen dipupuk
dengan kelemahan psikologis massa kader
membentuk pintu masuk skenario yang bagus. Secara teoritis skema ini juga
dijalankan oleh para agent CIA, Mossad, maupun M16, wajar jika intelijen kita
yang bermazhab sama memakainya juga. Dalam buku Confession of An Economic
Hitman karangan John Perkins, peran agent-agent CIA dalam membuat skenario
jebakan intelijen serupa terlihat jelas. Untuk membuat skenario-skenario
tersebut, mereka bersandar pada teori Lloyd yaitu ;
Threat = Vulnerability x Intention x Capability x
Circumstances
Jadi Ancaman (T) itu adalah perkalian faktor dari
Kelemahan (V), Niat (I), Kemampuan (Ca), dan Lingkungan (Ci). Secara teoritis
PKS menjadi ancaman karena diramalkan akan berkuasa. Oleh karena itu harus ada
faktor yang di-zero-kan, entah itu V, I, Ca, atau Ci sehingga ancaman menjadi
NOL. Niat (I) tidak mungkin di-zero-kan karena tujuan parpol salah satunya adalah
untuk berkuasa. Kemampuan (Ca) juga tidak akan bisa, karena PKS memiliki banyak
kader dengan tingkat kemampuan tinggi untuk mengatur urusan publik. Lingkungan
(Ci) juga terlalu susah, karena faktor lingkungan eksternal yaitu demokrasi
pasca reformasi memberi ruang yang seluas-luasnya bagi siapapun untuk
berkreasi. Belum lagi faktor internal PKS sebagaimana yang saya jelaskan diawal
sangat sulit untuk ditembus dengan cara-cara konvensional. Yang paling
memungkinkan adalah memainkan faktor Kelemahan (V). Dicari kelemahan kader yang
paling memungkinkan untuk operasi clandestine. Akhirnya ketemu di urusan harta.
Dalam sebuah operasi clandestine pada organisasi sebesar
PKS, tidak mungkin dilakukan dengan satu atau dua sel intelijen yang bergerak.
Ibarat sasaran tembak yang besar, dibutuhkan banyak tembakan pada bagian-bagian
vitalnya. Pasti beberapa sel intelijen bergerak menyerang memanfaatkan titik
lemah kader di atas. Meskipun antar sel tidak saling mengetahui, saya yakin
jika di antara mereka bertatap pandang pasti langsung tersenyum satu sama lain,
“Teman gw ini!”. Di antara agent sudah jadi hal jamak saling bisa mendeteksi
“kawan” dengan hanya bertatap mata. Karena tatapan mata tajam khas seorang
agent itu terbaca sebagai salam, layaknya kita bertegur Assalamualaikum.
Dengan segala asumsi tersebut, saya yakin masih banyak
Ahmad Fathanah lain yang bebas bekerja dan tidak terdeteksi dalam tubuh PKS.
Tugas organisasi adalah memastikan bahwa segala tipu daya mereka akan mandul
karena para kader memiliki keyakinan penuh pada Sang Maha Membuat Tipu Daya.
Kemudian keyakinan tersebut diturunkan dalam program yang nyata.
Rekomendasi
Dengan baru tertangkapnya AF, saya meyakini sel-sel
intelijen yang lain pasti masih bekerja di tubuh PKS. Mungkin sebagian akan hibernate.
Masih banyak kasus di KPK yang menunggu giliran diungkap dengan pintu masuk
kasus LHI. Artinya pandora operasi intelijen masih sangat mungkin terbuka satu
per satu. Oleh karena itu ada beberapa hal urgent dan mendesak segera yang
semestinya dilakukan PKS secara organisasi;
1. Melakukan
Clearance Programs secepatnya. Lakukan screening tertutup terhadap semua orang
di sekeliling pejabat tinggi partai, kader eksekutif, dan kader legislative
yang dicurigai suspect agent aktif. Para staff ahli, ajudan, pengawal, maupun
sekretaris pribadi harus lincah
memetakan orang-orang yang berinteraksi dengan para kader tersebut. Lalu
lakukan cross check tertutup pula. Di tingkat lanjut, program Clearance
dijalankan pula untuk semua kader di setiap tingkatan. Dengan begitu satu
firewall telah terbangun.
2. Evaluasi
internal besar-besaran. Dengan status cegah imigrasi RH, tidak menutup
kemungkinan merembet ke nama-nama lain, evaluasi kader terindikasi bersalah
mutlak dibutuhkan. Tegakkan punishment secara adil jika memang terbukti kader
bersalah. Karena efek psikologis keadilan berjamaah akan menyuntik motivasi
kembali bagi para kader di akar rumput setelah tertohok di ulu hati kemarin.
Jika perlu Ghost Protocol-kan kader-kader yang nakal tersebut, jangan justru dilindungi.
Untuk program jangka panjang seperti analisa saya
terdahulu, set up program melek intelijen. Entah berupa pemberian materi
intelijen dasar atau dibuat semacam Badan Diklat khusus kajian intelijen.
Intinya adalah membangun early warning system secara sistematis dan rapi
ditingkat organisasi. Bagaimanapun, para agent pasti akan bekerja, itu
sunnatullah. Periuk dapur nasi mereka sangat tergantung dari pekerjaan ini.
Jika PKS tidak ada niat untuk melakukan kontra intelijen, maka sama saja
menyerahkan leher berkali-kali untuk di gorok.
Saat ini nasi sudah menjadi bubur, tak elok rasanya jika
masih menangisi indahnya nasi yang sudah berubah bentuk. Lebih baik segera
siapkan kuah yang gurih, suwiran ayam, kedelai goreng, kerupuk, lada, dsb untuk
membuat bubur ayam yang lezat. Saatnya mind set berubah, bahwa sekarang era
pertempuran intelijen. Kemenangan Jokowi di Pilkada DKI dengan War Room and
Operations Command ala intelijen desain Prabowo adalah salah satu buktinya.
Siapa yang lebih cerdas, dia pemenangnya. Beranikah engkau menjadi panglimanya
wahai Anis Matta?
Waallahu a’lam bishshowwab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar